Senin, 26 Januari 2015

Pendidikan dalam Realisme



Realisme adalah filsafat yang timbul pada jaman modern dan sering disebut “anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia luar itu adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut. Kenyataan tidak sepenuhnya bergantung dari jiwa yang mengetahui, tapi merupakan hasil pertemuan dengan objeknya orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat mengenai banda atau sesuatu hal yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya dapat memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak. Maka dari itu pengamatan, penelitian dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung mengenaisesuatu.
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contohnya:
         Batu di jalan membuat ban sepeda motor kita kempes, baru dialami memang ada.
         Tebu yang rasanya manis tanpa memakai tambahan gula, justru dapatmenghasilkan gula. Hal ini memang ada dan nyata.
         Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada danhidup dalam rumah keluarga itu. 2.4  Realisme dan Pendidikan
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john locke bahwa akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap diidentikkan sebagai  sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang pengajaran.
Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk dan takluk sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah ditetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini kemudian cenderung lebih banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam hal apa pun akan meminta bukti dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara indrawi.
Realisme memiliki pula jasa bagi perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah dengan temuan gagasan Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan karya Orbic Pictus-nya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat mengejutkan dunia pendidikan dan dipandang sebagai gagasan baru. Ini disebabkan oleh paling tidak ada periode tersebut belum ada satupun yang memiliki pemikiran untuk memasukkan alat bantu visual separti gambar-gambar perlu digunakan dalam pengjaran anak, terutama dalam mempelajari bahasa. Diabad selanjutnya, yaitu ke-18 menjelang abad 19, gagasan Moravi ini menginspirasi seorang pestalozzi. Ia menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran di dalam kelas.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah kedalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan realisme dalam ruang pendidikan melahirkan berbagai hal yang kemudian menuai banyak kecaman sebab telah menjadi penyebab berbagai dehumanisasi.

  Implikasi realisme dalam pendidikan sebagai berikut:
a.    Tujuah pendidikan
Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bertujuan membantu manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin agar manusia menjadi unggul. Rasionalitas manusia adalah kekuatan tertinggi manusia yang harus dikembangkan melalui belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia harus pula memberanikan diri untuk mengenal diri, melatih potensi dan mengintegrasikan berbagai peran dan tuntutan kehidupan sesuai dengan tatanan rasional berjenjang.
b.    Konsep tentang sekolah
Setiap lembaga memilki peran khusus, seperti lembaga keluarga, lembaga gereja, demikian pula lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga khusus yang misi utamanya adalah memajukan rasionalitas manusia. Sebagai institusi formal, maka harus mempunyai guru yang kompeten ahli dalam bidangnya dan mengetahui bagaimana cara mengajar kepada peserta didik yang belum dewasa. Fungsi utama sekolah adalah pengembangan intelektual yang efisien. Sedangkan yang lain hanya fungsi sekunder, seperti fungsi reaksional, fungsi komunitas social dan lain lain. Menggunakan sekolah sebagai agen layanan sosial berarti membelokkan tujuan sekolah sehingga akhirnya sekolah menjadi tidak efisien.
c.       Kurikulum
Kenyataan adalah obyek yang dapat diklasifikasikan dalam kategori kategori berdasarkan kesamaan strukturnya. Ada berbagai disiplin ilmu berdasarkan kelompok ilmu yang saling berkaitan untuk menjelaskan realitas. Setiap ilmu merupakan sistem konsep dengan struktur tersendiri. Struktur mengacu pada kerangka konseptual dan makna serta generalisasinya yang menerangkan tentang kenyataan, fisikal, alamiah, sosial, dan realitas manusia . peran sarjana dan ilmuwan penting untuk menentukan wilayah kurikulernya. Mereka ini tahu batas keahliannya dan bidang garapannya. Mereka terlatih dengan metode inquiryyang merupakan cara efisien dalam penemuan berdasarkan riset ilmiah.
Cara paling efisien dan efektif untuk memahami kenyataan adalah belajar sistematis suatu disiplin ilmu. Maka, kurikulum sebarusnya terdiri dari dua komponen dasar. Pertama, bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dan lain lain. Kedua ilmu tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.
Ajaran Pokok Realisme
a.         Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar-benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.
b.         Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.
c.         Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini.
d.        Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.



Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar