Materialisme
maupun positivisme pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara
eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1959), materialism belum pernah menjadi
penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.
Menurut
Waini Rasyidin (1992), filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme
lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan
secara faktual. Memilih aliran
positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains
pendidikan.
Menurut
Behaviorisme, apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung
pada kegiatan fisik, yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak.
Gerakan fisik yang terjadi dalam otak, kita sebut berpikir, dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi, baik
materi yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada di luar tubuh
manusia. Behaviorisme yang berakar pada positivisme dan materialisme telah
populer dalam menyusun teori pendidikan, terutama dalam teori belajar, yaitu
apa yang disebut dengan “conditioning theory”, yang dikembangkan oleh
E.L.Thomdike dan B.F.Skinmer.
Menurut
behavorisme, perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi
lingkungan (seperti contoh anak dan kucing diatas). Yang dimaksud dengan
perilaku adalah hal-hal yang berubah dapat diamati, dan dapat diukur
(materialisme dan positivisme).
Implikasi
Aliran Filsafat Materialisme untuk Pendidikan
Menurut
Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai
berikut:
1.
Temanya
yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan
terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2.
Tujuan
pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan
kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3.
Isi
kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal),
dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4.
Metode,
semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant
condisioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.
5.
Kedudukan
siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar,
pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut
untuk belajar.
6.
Guru
memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Sumber:
Imam Bernadib. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta :
Adicita Karya Nusa
http://iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
http://noexs.blogspot.com
http://anjarthebigreds.blogspot.com/2011/12/filsafat-pendidikan-materialisme.html
CASINO VIRGINIA - Casino Info - Mapyro
BalasHapusFind CASINO 구미 출장마사지 VIRGINIA information for Casino VIRGINIA 통영 출장샵 in Thackerville, LA. Get CASINO 전주 출장마사지 VIRGINIA phone number, 세종특별자치 출장샵 map, hours, reviews 울산광역 출장샵 and more.