Senin, 26 Januari 2015

Belajar Matematika dengan Filsafat



Salah satu cabang ilmu filsafat pendidikan adalah filsafat pendidikan matematika, yaitu suatu studi yang menelaah yang ada dan yang mungkin ada dalam dunia pendidikan dan khususnya pendidikan matematika. Salah satu hal yang terjadi dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Jadi kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat dikaji dan diterjemahkan dari sudut pandang filsafat. Dalam pendidikan matematika di Indonesia sistem yang mendominasi adalah sistem yang menganut paham Hilbert. Matematika menurut Hilbert bersifat formal, aksiomatis, dan pure mathematics. Filsafat pendidikan matematika yang sesuai atau mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme (kenyataan). Itu dikarenakan filsafat pendidikan matematika mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas, pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.
Jadi, aliran filsafat yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang maju yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling melengkapi.Tanpa Filsafat, Pendidikan Matematika Menjadi Lemah.Lemahnya pendidikan matematika di Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu matematika. Dampaknya, siswa, bahkan mahasiswa, pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya.

Menterjemahkan Proses Belajar Mengajar Matematika dengan Filsafat
Dalam hal ini fenomena proses belajar mengajar di sekolah akan diterjemahakn berdasarkan tiga pilar utama filsafat, yaitu :
1. Aspek Ontologi
Ontologi merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak/peserta didik. Ontologi secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu yang ada. Seorang guru seharusnya mengetahui hakekat manusia, khususnya hakekat peserta didik. Hakekat manusia adalah makhluk jasmani, rohani, individual, bebas, dan menyejarah. Sehingga dalam PBM matematika harus juga diterapkan unsur pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter anak/peserta didik sebagai individu yang berkepribadian baik.
2. Aspek Epistimologi
Epistimologi adalah segala sesuatu tentang metode, yang berkaitan dengan pertanyaan bagaimana. Fenomena yang terjadi dalam PBM matematika bagi seorang guru adalah, bagaimana mengajarkan ilmu matematika sehingga mudah dipahami siswa.Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan, kemudian guru harus menentukan alat dan metode yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Sebagai pendidik hendaknya tidak hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Meliputi pula pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
3. Aspek Aksiologi
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa pada proses belajar mengajar di sekolah tujuannya tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan pengetahuan untuk kebaikan. Jadi dari aspek aksiologi, fenomena yang ada adalah kegiatan belajar mengajar matematika di sekolah tidak hanya merupakan transfer ilmu pengetahuan tetapi juga mengutamakan etik estetika dan juga sopan santun agar pengetahuan matematika yang didapat digunakan untuk tujuan kebaikan.

Sumber :
http://www.masbied.com
http://sdn08ptkbrt.webs.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar