Senin, 26 Januari 2015

Filosofi Pohon Kelapa


Pohon kelapa yang tinggi menjulang dengan daun-daunnya yang panjang melambai ditiup angin biasanya sering dijumpai di wilayah pesisir dan terkenal dengan sebutan nyiur melambai. Buahnya terletak di ujung atas pohon sehingga kita perlu memanjat hingga pada ketinggian tertentu untuk bisa meraih buahnya.
Dalam filosofi Jawa, pohon kelapa ditandai memiliki karakter kuat, pemaaf (tidak pendendam), ramah (tidak sombong), suka mengalah, dan kaya manfaat.
KUAT adalah sifat yang erat melekat pada fisik pohon ini karena postur pohon yang tinggi, gagah, tegak, teguh, besar, keras, dan ditunjang oleh kekuatan akarnya yang mencengkeram tanah. Perlambang yang bisa dicermati dari karakter fisik ini adalah kuatnya keimanan serta keteguhan jati seseorang dalam menjalani hidupnya agar selalu berpegang pada syariat agama yang dianutnya. Dengan demikian ia tidak akan mudah goyah (terpengaruh) tapi justru bisa berpengaruh, sehingga tidak mudah ambruk atau patah semangat.
PEMAAF adalah sikap yang sulit untuk dipraktekkan dalam hidup apabila kita memiliki sifat pendendam karena disakiti oleh orang lain. Pohon kelapa mengajarkan kepada kita bagaimana menyikapi ‘rasa sakit’ yang diakibatkan oleh orang lain dengan justru memberikan kemanfaatan dirinya kepada ‘yang menyakiti’. Sifat ini dilambangkan melalui tataran (pijakan yang dibuat pemanjat pohon kelapa dengan cara membacok batang pohon sepanjang arah ke atas pohon untuk mendapatkan sang buah). Sang phon tidak merasa ’sakit’ atau ‘membalas’ dengan perbuatan serupa. Sebaliknya, ‘rasa sakit’ itu dibalasnya dengan ‘rasa senang’ yang diperoleh oleh orang yang memanjat untuk mendapatkan buahnya. Dengan kata lain, kejelekan tidaklah dibalas dengan kejelekan melainkan justru dengan kebaikan. Bisakah kita memaafkan sebagaimana pohon kelapa melakukannya?
RAMAH terlihat pada bagaimana gerakan daun pohon kelapa (blarak) yang tertiup angin. Lambaian daun diibaratkan lambaian tangan persahabatan yang membawa rasa damai persahabatan serta keramah-tamahan meskipun posisi pohon adalah pohon yang paling tinggi dibandingkan dengan yang di sekitarnya. Filosofi yang bisa kita pelajari adalah bahwa sebenarnya kita diciptakan oleh Allah dalam kesetaraan, yaitu sama-sama makhluk Allah. Dengan merasa setara orang akan bisa merasakan empati pada orang lain dan bisa memiliki sikap ramah, bukan sombong. Artinya, bila kebetulan seseorang berada pada puncak kedudukan atau memiliki derajat atau martabat yang lebih tinggi di dalam masyarakat, hendaknya ia bisa menjaga sikapnya selalu dengan keramah tamahannya sehingga ia akan jauh dari sikap sombong.
MENGALAH adalah sikap yang dilambangkan oleh pohon ini dengan mencermati posisinya ketika bergerombol. Ini akan terlihat bagaimana selalu ada celah di antara tautan dua pohon. Perlambang ini menunjukkan sifat yang benci perselisihan atau mengganggu kepentingan orang lain, yaitu dengan sikap mengalah. Mengalah adalah sifat manusia yang luhur.

KAYA MANFAAT adalah sifat yang pasti tidak bisa dihindari oleh pohon satu ini. Mulai dari pucuk hingga akar, pohon kelapa memiliki manfaat tiada tara. Daunnya bisa digunakan untuk pembungkus makanan tradisional yang lezat (ketupat, lepet, dll) dan hiasan untuk upacara adat. Buahnya dimanfaatkan untuk masakan, makanan, dan minuman. Bahkan kulit buahnya yang namanya sepet bisa diguakan untuk peralatan rumah tangga dan hasta karya kerajinan. Kulit buahnya yang keras (batok) bisa untuk bahan bakar dapur (arang batok) dan kerajinan. Kemudian, pohonnya bisa untuk membangun rumah dengan sebutan kayu glugu yang terkenal kokohnya, dan masih banyak lagi.



Sumber:
 http://filsafat.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar