Pohon
kelapa yang tinggi menjulang dengan daun-daunnya yang panjang melambai ditiup
angin biasanya sering dijumpai di wilayah pesisir dan terkenal dengan sebutan
nyiur melambai. Buahnya terletak di ujung atas pohon sehingga kita perlu
memanjat hingga pada ketinggian tertentu untuk bisa meraih buahnya.
Dalam
filosofi Jawa, pohon kelapa ditandai memiliki karakter kuat, pemaaf (tidak
pendendam), ramah (tidak sombong), suka mengalah, dan kaya manfaat.
KUAT
adalah sifat yang erat melekat pada fisik pohon ini karena postur pohon yang
tinggi, gagah, tegak, teguh, besar, keras, dan ditunjang oleh kekuatan akarnya
yang mencengkeram tanah. Perlambang yang bisa dicermati dari karakter fisik ini
adalah kuatnya keimanan serta keteguhan jati seseorang dalam menjalani hidupnya
agar selalu berpegang pada syariat agama yang dianutnya. Dengan demikian ia
tidak akan mudah goyah (terpengaruh) tapi justru bisa berpengaruh, sehingga
tidak mudah ambruk atau patah semangat.
PEMAAF
adalah sikap yang sulit untuk dipraktekkan dalam hidup apabila kita memiliki
sifat pendendam karena disakiti oleh orang lain. Pohon kelapa mengajarkan
kepada kita bagaimana menyikapi ‘rasa sakit’ yang diakibatkan oleh orang lain
dengan justru memberikan kemanfaatan dirinya kepada ‘yang menyakiti’. Sifat ini
dilambangkan melalui tataran (pijakan yang dibuat pemanjat pohon
kelapa dengan cara membacok batang pohon sepanjang arah ke atas pohon untuk
mendapatkan sang buah). Sang phon tidak merasa ’sakit’ atau ‘membalas’ dengan
perbuatan serupa. Sebaliknya, ‘rasa sakit’ itu dibalasnya dengan ‘rasa senang’
yang diperoleh oleh orang yang memanjat untuk mendapatkan buahnya. Dengan kata
lain, kejelekan tidaklah dibalas dengan kejelekan melainkan justru dengan
kebaikan. Bisakah kita memaafkan sebagaimana pohon kelapa melakukannya?
RAMAH
terlihat pada bagaimana gerakan daun pohon kelapa (blarak) yang tertiup angin.
Lambaian daun diibaratkan lambaian tangan persahabatan yang membawa rasa damai
persahabatan serta keramah-tamahan meskipun posisi pohon adalah pohon yang
paling tinggi dibandingkan dengan yang di sekitarnya. Filosofi yang bisa kita
pelajari adalah bahwa sebenarnya kita diciptakan oleh Allah dalam kesetaraan, yaitu
sama-sama makhluk Allah. Dengan merasa setara orang akan bisa merasakan empati
pada orang lain dan bisa memiliki sikap ramah, bukan sombong. Artinya, bila
kebetulan seseorang berada pada puncak kedudukan atau memiliki derajat atau
martabat yang lebih tinggi di dalam masyarakat, hendaknya ia bisa menjaga
sikapnya selalu dengan keramah tamahannya sehingga ia akan jauh dari sikap
sombong.
MENGALAH
adalah sikap yang dilambangkan oleh pohon ini dengan mencermati posisinya
ketika bergerombol. Ini akan terlihat bagaimana selalu ada celah di antara
tautan dua pohon. Perlambang ini menunjukkan sifat yang benci perselisihan atau
mengganggu kepentingan orang lain, yaitu dengan sikap mengalah. Mengalah adalah
sifat manusia yang luhur.
KAYA
MANFAAT adalah sifat yang pasti tidak bisa dihindari oleh pohon satu ini. Mulai
dari pucuk hingga akar, pohon kelapa memiliki manfaat tiada tara. Daunnya bisa
digunakan untuk pembungkus makanan tradisional yang lezat (ketupat, lepet, dll)
dan hiasan untuk upacara adat. Buahnya dimanfaatkan untuk masakan, makanan, dan
minuman. Bahkan kulit buahnya yang namanya sepet bisa diguakan untuk
peralatan rumah tangga dan hasta karya kerajinan. Kulit buahnya yang keras (batok)
bisa untuk bahan bakar dapur (arang batok) dan kerajinan. Kemudian, pohonnya
bisa untuk membangun rumah dengan sebutan kayu glugu yang terkenal
kokohnya, dan masih banyak lagi.
Sumber:
http://filsafat.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar