Sabtu, 20 Desember 2014

PENDIDIKAN IDEAL YANG SESUAI DENGAN KARAKTER BANGSA INDONESIA

Oleh : Muhammad Azami Ramadhan*
Pendidikan memiliki peran yang penting terhadap kemajuan suatu bangsa. Hal tersebut bisa kita ambil pelajaran dari Negara Jepang, ketika mereka sadar telah tertinggal jauh dari bangsa eropa mereka segera mengubah strategi pendidikannya dengan melaksanakan program pendidikan yang ketat, konsisten dan ditunjang seluruh kekuatan sosial ekonomi yang ada demi mengejar ketertinggalannya tersebut. Semua bidang yang ada mulai dari sistem tata Negara, militer, industri dan pendidikan berkiblat pada bangsa eropa. Ada satu hal yang dipertahankan dari bangsa Jepang yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini yaitu kesadaran bahwa mereka adalah bangsa Jepang memiliki tradisi samurai yang sakral dan terpelihara lebih dari 1000 tahun lamanya. Meski akhirnya Jepang kalah dari segi kekuatan militernya oleh bangsa eropa, akan tetapi semangat yang tertanam oleh sistem pendidikan yang ada membuat Jepang tetap tampil kuat di bidang ekonomi.
Karakter budaya suatu bangsa, termasuk alam pikiran dan perilaku seseorang, dibentuk oleh kondisi alam tempat hidupnya. Misalnya, karakter budaya orang pantai berbeda dengan orang pegunungan, orang gurun pasir berbeda dengan orang lembah hijau, dan orang bermusim salju berbeda pula dengan orang khatulistiwa serta dibentuk oleh kondisi sejarahnya sendiri.
Secara politis, strategi pendidikan Indonesia yang sesuai dengan tujuan kemerdekaan bangsa tidak pernah dipikirkan apalagi ditetapkan. Program dan sistem pendidikan diserahkan saja kepada birokrat bekas guru-guru sekolah rendah yang berdiploma, karena mereka tidak memiliki wawasan, apalagi menghayati tujuan dari kemerdekaan, mereka hanya “menjiplak” saja apa yang diperoleh dari sekolahnya dulu,mulai dari sistem, program dan kurikulumnya.
Tingkat, jenis sekolah, program dan kurikulum diseragamkan untuk seluruh wilayah Indonesia tanpa mengindahkan kondisi dan situasi yang berbeda-beda di berbagai daerah dengan dalih demi persatuan bangsa. Hal inilah yang mengakibtkan anak petani atau nelayan di pedesaan terpencil mendapat program pendidikan sama dengan anak kota besar yang makmur. Jika anak kota besar dipersiapkan ke perguruan tinggi kemudian mereka belajar bahasa Inggris sejak SLTP, maka anak petani atau nelayan pun juga wajib belajar bahasa Inggris sejak SLTP pula. Tidak ada yang peduli, apakah bahasa itu akan menjadi bahasa kedua atau tidak bermanfaat bagi kehidupan masa depan di desanya. Pokoknya, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pendidikan di seluruh Indonesia mesti diseragamkan.
Demokrasi pendidikan diartikan bahwa semua orang berhak mendapat pendidikan yang sama dan setinggi-tingginya. Oleh karena itu, setiap tingkat sekolah dijadikan jenjang pendidikan untuk memasuki perguruan tinggi dengan muatan kurikulum yang disesuaikan untuk ke sana, tanpa terfikirkan pula bahwa tidak semua anak mampu ke perguruan tinggi, baik karena kemampuan otaknya maupun kemampuan biaya. Anak bangsa yang mampu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 15%, sedangkan sebanyak 85%  lainnya tercecer di SD, SLTP dan SLTA. Mereka tak ubah hanya sebagai korban dari program demokrasi pendidikan yang salah. Akibat dari sistem demokrasi pendidikan yang “sama rata” itu. Sekolah pun diperbanyak setiap tahunnya, sedangkan pemerintah tidak punya dana yang cukup, sebenarnya ada tapi habis di setiap “pos”, sehigga hasil dari pendidikan itu pun kian terpuruk.
Sesalah-salahnya strategi dan sistem pendidikan pada zaman kolonial, mutu dan hasil pendidikannya masih lebih bagus, baik di bidang ilmu maupun etika dan moralnya. Sejak sekolah lanjutan sampai ke perguruan tinggi pengelolaannya melalui prosedur yang terseleksi dengan ketat, tidak memassal. Kebijaksanaan yang dipakai di Indonesia sekarang ini ialah dengan membuka sekolah sebanyak-banyaknya, dan hasil yang bersifat massal, meskipun sudah diketahui mutunya akan terus merosot. Pada ujungnya, tamatan pendidikan dari jenjang sekolah manapun akan menjadi penganggur juga.
Kebijaksanaan politik dalam pengelolaan perguruan tinggi pun kini lebih memilih memperbanyak fakultas atau jurusan, dari pada meningkatkan kualitas, tampaknya dikarenakan banyak peminat. Masa waktu pendidikan diperpendek dan lama masa mengikuti kuliah dibatasi. Kebijaksanaan itu seperti seolah-olah untuk memaksa agar mahasiswa belajar lebih rajin. Namun, malah yang terjadi bisa sebaliknya. Mahasiswa mencari “jalan pintas” yang paling mudah untuk mendapat gelar diploma. Karena pada umumnya setiap instansi pemerintah, oleh alasan yang tidak etis, menerimaan tenaga kerja hanya melihat diploma saja, tidak pada kualitas dan relevansi bidang studinya.
Sistem kepangkatan menurut diploma pada pegawai negeri, juga menjadi salah satu pendorong utama bagi orang untuk memasuki perguruan tinggi. Sebagian dari mereka memilih fakultas favorit, namun lebih banyak memilih fakultas apa saja asal bisa masuk. Ukuran favorit tidak terletak pada ilmu yang hendak diperoleh, melainkan prospek yang menjamin dapat pekerjaan. Hasilnya sama saja antara memilih fakultas favorit dengan memilih fakultas apa saja, jika dilihat pada perilaku dari produk sistem pendidikan itu sendiri.
Pemerintah pada saat ini memang mendirikan beraneka ragam sekolah kejuruan, akan tetapi sekolah kejuruan tidak menarik. Sekolah kejuruan tidak menyertakan program pendidikan kearah etos kerja. Sistem dan metode serta tujuannya sama dengan sekolah umum. Tidak terfikirkan untuk melaksanakan konsep pendidikan kejuruan yang relevan dengan program pembangunan dan membentuk manusia yang cinta pada pekerjaan, ulet serta tekun.
Sekolah kejuruan di Jepang hadir dalam posisi yang tidak kalah pentingnya dengan sekolah umum, dalam 1000 sekolah, terdapat 125 sekolah kejuruan yang menghasilkan tenaga terampil untuk mengisi lowongan beragam industri. Pada materi kurikulum ilmu bumi SD Jepang, telah dicantumkan nama negara yang menjadi pasar industri Jepang. Sebaliknya, di Indonesia yang disuruh hafal ialah nama gunung tertinggi, sungai terpanjang atau laut terdalam. Sejak dari pendidikan di tingkat sekolah menengah di Jepang, para murid telah dituntun untuk berpikir realistis ke arah mana mereka akan melanjutkan pendidikan.
Penyeragaman jenis, tingkat dan materi kurikulum untuk seluruh sekolah di mana pun lokasinya, berakibat pada penyeragaman kualitas dan wawasan manusia. Akibat lanjutannya ialah memusnahkan keragaman manusia itu sendiri. Hal itu bertentangan dengan kodrat alam sebagai ciptaan Tuhan. program pendidikan tidak memberikan pengertian serius kepada murid sejak dini. Karena kebijaksanaan program pendidikan di Indonesia bertujuan agar setiap murid mampu melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi, maka bobot kurikulum menjadi berat ke bidang akademik.
Para pakar dan para birokrat pendidikan memandang bahwa menjabat jabatan tinggi di kantor-kantor merupakan status yang paling ideal dan terhormat. Hal tersebutlah yang membuat mereka bersikukuh mempertahankan sistem dan program pendidikan yang sudah ada. Meski mereka pun mengetahui bahwa dalam kenyataannya hal itu adalah keliru.
Merombak pandangan lama dengan pandangan baru secara total, membutuhkan keberanian politik dan  sosio-psikologis. Dengan melakukan perombakan total itu, secara sendirinya akan menurunkan letak posisi pegawai atau pejabat tinggi. Kemungkinan faktor inilah yang menghambat pemikiran para perencana pembangunan bidang pendidikan selama ini.
Kebijaksanaan program pendidikan di Indonesia dinilai tidak proporsional dan juga kontroversial. Sejak dari tingkat SD, murid disiapkan agar mampu menaiki jenjang pendidikan yang paling tinggi. Konsekuensinya, perguruan tinggi dibangun sebanyak – banyaknya dan jurusan bidang studi diperluas pula agar dapat menampung sebanyak – banyaknya mahasiswa. Tampaknya, seperti tidak terpikirkan berapa banyak kebutuhan riil dari pengguna jasa pada produk perguruan itu.
Manusia yang sepintar apapun otaknya, tidak akan berarti apa-apa dalam berhadapan dengan bangsa yang selain pintar juga memiliki kemauan bekerja keras dan etos kerja yang tinggi seperti Jepang atau bangsa-bangsa Barat lainnya. Kerusakan dan kekacauan politik dan ekonomi, yang berakibat pada kerusakan moral bangsa indonesia, tidak akan dapat diperbaiki dengan sistem dan program pendidikan yang memacu ilmu pengetahuan dan kesadaran bangsa secara verbal atau menyontek pendidikan bangsa lain yang berbeda kondisi alam dan tradisinya.
Pendidikan mental pada murid tidak mungkin dibebankan kepada orang tuanya karena tiga hal. Pertama, kedua orang tua mereka telah terlalu sibuk untuk mencari nafkah hidup yang kian tinggi tuntutannya. Kedua, mereka adalah produk pendidikan masa lalu yang bermental santai dan bermoral yang lepas nilai. Ketiga, tidak memahami pentingnya arah pendidikan bagi generasi baru.
Strategi dan program pendidikan di Indonesia perlu diiringi dengan sistem dan metode yang cocok, yaitu mampu membangkitkan vitalitas murni sebagai manusia merdeka, mandiri, berprestasi, aktif dan kreatif serta produktif. Tuntutan kepemilikan ilmu pengetahuan teknologi menuntut mental yang berbeda jauh dengan karakter bangsa yang berkebudayaan santai. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan mental disiplin sendiri, yang berakar pada etos kerja. Oleh karena itu, strategi dan program pendidikan sejak awal bagi bangsa Indonesia semestinya lebih mengutamakan mengubah mental santai itu. Agar setiap murid mampu memilih arah hidupnya sendiri atau tidak akan merasa kebingungan ketika memasuki masyarakat, setelah mereka menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya.
Strategi pendidikan suatu bangsa semestinya ditentukan oleh konsep ideologi bangsa, bukan oleh konsep politik suatu pemerintahan. Konsep politik pemerintah lazimnya terpakai pada suatu negara yang menganut sistem diktator. Arah pendidikan suatu bangsa bukan untuk mengokohkan posisi golongan yang sedang berkuasa. Sementara itu, konsep suatu bangsa atau negara harus diatur berdasarkan pertimbangan kondisi alam tempat bangsa itu hidup, dan ke arah mana bangsa itu akan di didik agar mampu hadir di tengah masyarakat dunia yang maju di zaman sekarang ini dan  masa yang akan datang.
Hal ini dapat dituangkan dalam kiasan “Dari pohon apel jangan diminta buah jambu. Tetapi jadikan setiap pohon menghasilkan buah yang manis.” Maksudnya, agar pendidikan tidak membentuk murid menjadi manusia yang bercita-cita dan berpikir seragam, tetapi menjadikan mereka manusia yang berkualitas yang menurut kodratnya. Pendidikan jangan sampai berfungsi untuk menentukan pilihan hidup murid. Fungsi pendidikan ialah membangkitkan minat murid agar berkemauan keras untuk memilih sendiri jalan hidupnya.
Perlu juga dilaksanakan kebijaksanaan untuk mengurangi jurusan bidang studi yang tidak relevan dan fungsional supaya tidak terjadi pemborosan dana yang terus menerus. Dana yang dihemat itu dapat digunakan untuk meningkatkan mutu sarana perguruan tinggi yang banyak jumlahnya seperti dewasa ini tidak menunjukkan tingginya tingkat kecerdasan dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan bangsa Indonesia, yang selalu dinilai ialah mutu dari hasil produknya.
*mahasiswa universitas muhammadiyah malang fakltas psikologi 2009 dan kadep sospol KAMMI UMM raya – guna prasyarat PPB#6 UGM
-
Referensi :
A.A navis1996. Filsafat dan strategi M.sjafei. PT grasindo : jakarta
Mustafa, khalid 2008. Strategi pendidikan nasional http : khalidmustafa.wordpress.com

Rahasia Jakarta

Novel: The Jacatra Secret
Tagline: “Cara terbaik menyembunyikan rahasia adalah dengan meletakkannya di tempat umum…”(George Washington, Mason 33°)
Karya: Rizki Ridyasmara
Kata Pengantar (hal 8):
FAKTA
Jakarta dulu bernama Batavia. Kota ini dibangun VOC menurut cetak biru Freemasonry Hindia Belanda. Kelompok Luciferian ini menyisipkan aneka simbol Masoniknya di berbagai tata ruang kota, arsitektur gedung dan monumen, prasasti makam, dan lainnya, yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Vatikan pada tahun 1738 dan 1751 menyatakan Freemasonry tidak bertuhan. Tahun 1962 Presiden Soekarno membubarkannya. Namun pada tahun 2000, Gus Dur menerbitkan Keppres No.69/2000 yang melegalkan kembali Freemasonry di Indonesia. Menurut catatan Dr. Th. Steven dalam “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962″, sejumlah tokoh Indonesia menjadi anggota persaudaraan ini. Mereka antara lain Pelukis Raden Saleh, ketua Boedhi Oetomo Raden Adipati Tirto Koesoemo, dan juga Kapolri pertama, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Sekarang, persaudaraan ini masih eksis sebagai motor utama kaum Imperialis-Globalis. Di awal Orde Baru, Mafia Berkeley merupakan salah satu pelayan mereka, dan kini mereka dikenal dengan nama kelompok Libertarian.
Semua deskripsi tentang tata ruang kota, arsitektur museum, monumen, dan prasasti makam dalam novel ini adalah OTENTIK.
Tertulis di cover belakang:
VOC membangun Batavia sebagai loji terbesar Freemasonry, kelompok persaudaraan rahasia Luciferian di Nusantara. Sebab itu, banyak simbol Satan disusupkan ke dalam arsitektur kota Jakarta yang masih bisa disaksikan hingga hari ini.
Ikuti penelusuran Doktor John Grant dan Angelina Dimitreia dalam menyibak rahasia-rahasia Jakarta: dari Simbol Bunga Pagan dan Peraudaraan Ular di Museum Fatahillah, Simbol Baphomet di Menteng, The Sacred Sextum di Obelisk Monas, Ra Goddes Eye’s di Bundaran Hotel Indonesia, Simbol Mahaguru Freemason di Kebon Jahe Kober, gedung-gedung Luciferian dan 13 -The Satanic Mumber- di sekitar kita.
Semua deskripsi dan foto tentang arsitektur museum, tata ruang kota, prasasti makam, dan monumen dalam novel ini adalah OTENTIK!.
Selama membaca beberapa halaman ada hal yang mengganjal dan bikin penasaran, antara lain:
1. Bingung nyari CATATAN KAKI /FOOTNOTE, aku ubek-ubek seluruh halaman kok ngga ada ya, padahal ada beberapa yang aku ngga ngerti maksud dari sebuah kata / kalimat yg ditandai footnote di situ, jadi terpaksa bacanya sambil googling, trus nambahin sendiri catatan kakinya di halaman itu. :)
2. Nah, ini dia… ngga ada data DAFTAR PUSTAKA sebagai refferensi yang menunjukkan bahwa semua data yang ada di novel ini adalah valid, apalagi pengarang mengklaim semua informasi di situ bersifat OTENTIK.

Sumber:iwanyuliyanto.co

Peran Guru dalam Mensukseskan Implementasi Kurikulum 2013

Oleh: Hana A.

Guru merupakan pekerjaan profesioanl. Namun dalam kenyataannya masih ada yang beranggapan bahwa semua orang bisa menjadi guru yang hanya mentransfer ilmu yang dimilki kepada muridnya, padahal bukan itu saja tugas seoarang guru. Seoarang guru harus dapat mempersiapkan peserta didiknya agar bisa bermanfaat ketika hidup bermasyarakat dan dapat bersaing dengan dunia luar.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan professional marilah kita tinjau  syarat- syarat atau ciri pokok dari pekerjaan professional.
1.      Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga- lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan  yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2.      Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya,  sehingga dengan profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.
3.      Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi  didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya  yang diakui oleh masyarakat , sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi  pula tinggat keahliannya dengan semakin tinggi pula  tingkat penghargaan yang diterimanya.
4.      Suatu profesi selain yang dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak  terhadap social kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu[1].
.

Dari syarat atau ciri pokok pekerjaan professional yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa guru adalah pekerjaan profesioanl, dimana seoarang guru memiliki ilmu tertentu yang telah depelajari dan tidak semua orang memilikinya.
Dalam implementasi kurikulum 2013 guru merupakan kompenen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajran. Sebaik apapun sarana dan prasarana yang dimiliki suatu sekolah, jika guru yang ada tidak memiliki ketrampilan sebagai seorang guru, maka pembelajran tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh sebab itu seorang guru harus memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Kunci yang harus dimiliki oleh setiap pengajar adalah kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai dengan baik.

           Sementara itu, standard kompetensi yang tertuang ada dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru dimana peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi guru profesional yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, profesional serta kompetensi sosial[2].
Dari  4 Kompetensi guru professional tersebut harus dimiliki oleh seorang guru melalui pendidikan profesi selama satu tahun.
Berikut ini adalah penjelasan 4 kompetensi guru professional
1.      Kompetensi Pedagoging
Kompetensi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui erkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan murid


2.      Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru professional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik.

3.      Kompetensi Profesional
Kompetensi professional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

4.      Kompetensi Sosial
Kompetensi social adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar[3].

 Agar terwujudnya kegiatan pembelajaran yang ideal, semua kompetensi guru tersebut harus terpenuhi.

       Menurut Murray Printr peran guru dalam kurikulum adalah sebagai berikut :
Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya, guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.
Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.

Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru [4].
Selain berperan dalam kurikulum, guru juga berperan dalam pembelajaran di dalm kelas. Oleh sebab itu guru   perlu memiliki kemampuan merancang dan megimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber  dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajran.



DAFTAR PUSTAKA


http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html    
        Sanjaya, wina. 2009. KUrikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana
        Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen









[1] Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajran. (Jakarta: Kenacana. 2009), h 275

[2]Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

[3] Kompetensi guru. http://www.informasi-pendidikan.com.(diakses pada pada tanggal 17  Desember)     

[4] Peranan guru dalam kurikulum. http://anisroiyatunisa.blogspot.coml. (di akses pada tanggal 17 Desember 2014)

Rabu, 10 Desember 2014

Belajar dari Air





Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai Air.  Air adalah sumber kehidupan makhluk hidup di Dunia ini. kok bisa begitu ? Manusia terdiri dari berbagai unsur dan yang paling banyak jumlahnya adalah unsur air. Seseorang akan lebih bisa bertahan hidup dengan air dibn=andingkan dengan makanan (tanpa mengandung air). 

Seorang yang bijak pernah berkata " Hiduplah seperti air. Mengalir dan bergelombang dengan tenang. enjadi sumber kehidupan segala hal yang hidup. Tetapi, harus hati-hati dengan air, sebab jika air dibendung, ia mampu meratakan apapun yang dilewatinya. Hiduplah seperti air yang membentuk sesuai wadah air itu sendiri".

Secara ilmiah, Hawking 1997 –fisikawan Amerika-- menyebut bahwa air adalah hidup 
Arti Filosofi AirAda tiga filosofi air yang amat mulia dan analog dengan perilaku manusia:


Pertama, air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.  Tuhan menciptakan air agar manusia bisa mengambil pelajaran darinya. Sifat air yang selalu mengalir ke tempat rendah analog dengan sikap rendah hati pada manusia. Air selalu ingin berguna bagi makhluk hidup yang ada di bawahnya. Ibarat pemimpin, air adalah pemimpin yang melayani. Jika ia berada di posisi teratas, maka ia akan menjadi pelayan bagi orang-orang yang membutuhkan di bawahnya. Apalagi air identik dengan sumber kehidupan. Maka tidak salah jika sifat pertama ini dianalogikan dengan pemimpin yang melayani. Pemimpin yang melayani adalah sumber kesejahteraan bagi masyarakat yang ia pimpin.

Kedua, air selalu mengisi ruang-ruang yang kosong.Manusia yang baik adalah manusia yang berusaha mengisi kekosongan hati dari manusia lainnya. Dengan meniru sifat air, kita seharusnya bisa menjadi penolong bagi manusia lainnya yang sedang bermasalah atau kekurangan. Tentu, jika sifat air yang kedua ini benar-benar kita teladani, kita selalu memiliki waktu untuk melengkapi kehidupan manusia lainnya. Artinya, kita menjadi manusia yang senang menolong dan suka berbagi. Karena sebenarnya, batin kita terisi setelah memenuhi kekurangan dari saudara kita.

Ketiga, air selalu mengalir ke muara.
Tak peduli seberapa jauh jaraknya dari muara, air pasti akan tiba di sana. Sebenarnya saya tidak setuju dengan orang yang menggunakan pepatah “hiduplah mengalir seperti air” untuk menguatkan gaya hidup yang tidak punya arah dan serampangan. Justru sebenarnya dengan kita meniru air yang mengalir, kita seharusnya punya visi kehidupan. Hal utama yang patut diteladani dari perjalanan air menuju muara adalah sikapnya yang konsisten. Bayangkan, ada berapa banyak hambatan yang dilalui oleh air gunung untuk mencapai muara? Mungkin ia akan singgah di sungai, tertahan karena batu, kemudian bisa saja masuk ke selokan. Tapi toh akhirnya ia tetap mengalir dan tiba di muaranya. Waktu tempuh air untuk sampai ke muara sangat bervariasi. Ada yang hanya beberapa hari, tapi ada juga yang beberapa minggu. Patut diingat, hal terpenting bukanlah waktu tempuh yang akan dilalui, tapi seberapa besar keyakinan untuk menuju muara atau visi atau impian yang akan kita gapai. 

Referensi:
Kompasiana.

Balaraja



Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) , itulah tempat dimana saya sekarang menimba ilmu. Saya bukanlah orang serang asli, baru satu setengah tahun saya tinggal di serang. Awal Saya menginjakan kaki di serang, ketika mendaftar sebagai mahasiswa di UNTIRTA. Dan seandainya saya tidak mendapatkan UNTIRTA sebagai tempat saya menimba ilmu,  mungkin sampai saat ini saya belum pernah ke serang.

Jika berbicara asal usul. Saya bingung menjawabnya. Sebab  Ayah saya asli Jakarata, ibu saya asli orang Jawa Timur (Madiun), namun saya lahir di Waikabubak (Nusa Tenggara Timur) dan di besarkan di Balaraja. Dan Pada kesempatan ini, saya akan bebagai cerita mengenai Asal Usul Balaraja.

Balaraja diambil dari dua kata Bale ( tempat istirahat yang punya ukuran lebih kecil dari rumah biasnya berbetuk panggung ) dan Raja ( penguasa suatu wilayah ) jadi Baleraja secara harfiah berarti tempat yang digunakan oleh Raja untuk beristirahat.

Bagi masyarakat sekitar tempat tersebut dianggap sebagai sebuah tempat yang dikhusus bagi Keluarga Kerajaan. Saat Raja dari Kesultanan Banten mengadakan perjalanan dari Banten ke Cirebon ataupun dari Banten ke Batavia. Sebuah tempat disekitaran kampung Telagasari, sering dijadikan untuk tempat beristirahat sekedar melepas lelah. Suasana kampung yang asri dengan aliran Sungai Cimanceuri berada di pinggir kampung.

Penduduk setempat hidup dalam kebersahajaan dan serba kecukupan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan pertanian. Sebagai kampung yang sering di lalui para penduduk dari berbagai daerah. Maka wilayah tersebut sudah ramai dan di kenal oleh banyak penduduk dari daerah lain.Saat Raja sedang mengadakan perjalanan pulang menuju kesultanan yang berada di Banten. Dalam suasana istirahat Sang Raja memerintahkkan para pengawalnya untuk membuat sebuah bale yang jaraknya tidak jauh dari Sungai Cimanceuri dan jalan raya. Di tengah asiknya istirahat, seorang gadis desa melintas di jalan. Raja melihat gadis tersebut dan pada saat itu Sang Raja terpikat karena keanggunan gadis yang melintas di jalan yang tidak jauh dari bale tempat Raja beristirahat.

Sang Raja kemudian mengutus pengawalnya untuk mengikuti gadis desa yang melintas tersebut. Beberapa saat pengawalnya kembali dan memberikan laporan informasi kepada Sang Raja. Sesaat Sang Raja tertegun karena gadis yang melintas tersebut sudah punya kekasih dan akan berencana dinikahkan oleh orang tua gadis itu. Setelah laporannya sudah selesai disampaikan kepada Raja. Maka naluri kelelakian Raja, merasa tersentuh dan tetantangan untuk mendapatkan seorang gadis. Perasaan sadarnya Sang Raja tidak memiliki waktu lama, beberapa hari Sang Raja akhirnya memutuskan untuk tinggal di bale tersebut. Hingga ia bisa mewujudkan niatnya untuk menikahi dan menjadikan gadis tersebut sebagai Selir. Dengan berbagai strategi singkat untuk mendapatkan gadis itu akhirnya sangraja lebih memilih persaingan sebagai seorang laki-laki untuk mendapatkan gadis yang diinginkannya.

Demi mendapatkan gadis yang diidamkan. Kerajaan sesaat ditinggalkan, strategi perang digunakan untuk menaklukan gadis pujaan. Benar saja penggunaan strategi yang pas, dengan taktik yang cerdas menghasilkan sebuah tujuan yang diinginkan. Pemuda desa yang menjadi kekasih sang gadis ternyata tidak cukup mampu untuk bisa bersaing mendapatkan pujaan hatinya melawan Sang Raja. Seperti dalam kisah lainnya Sang Raja menjadi pemenang. Kemudian sebagai bukti kemenangannya, tidak lama berselang Sang Raja menikahi gadis tersebut dan menjadikannya selir. Hasil pernikahannya dengan selir, Sang Raja mendapatkan satu anak laki-laki. Setelah semuanya sudah menjadi pasti dan gadis tersebut sudah dijadikan Selir. Cerita tentang cikal bakal salah satu penamaan Balaraja berakhir.

Sang Raja mengembalikan bale sesuai fungsinya kembali, sebagai sebuah tempat untuk istirahat sekedar singgah atau melepaskan lelah setelah lama berjalan. Hingga saat bale tersebut hancur karena termakan oleh waktu, hanya sebuah cerita yang ditinggalkan.Kisah-kisah selanjutnya yakni menyangkut anak dari Selir Raja, sudah tidak lagi ada yang menceritakan. Hanya bekas makam yang berada di Desa Bunar yang dipercaya oleh masyarakat akan keterkaitan antara makam dan penamaan cerita tentang cikal bakal nama Balaraja. Desa Bunar yang sebagian besar masyarakatnya percaya bahwa di desanya ada makam dari Keluarga Kerajaan. Masyarakat tidak mengetahui kelanjutan dari keturunan cerita tersebut. Siapa saja yang jadi keturunannya atau malah cerita tersebut selesai saat anak laki-laki dari Selir Sang Raja meninggal pada masa kanak-kanak.

Versi 2Mengenai sejarah lisan kapan Kecamatan Balaraja diberikan Nama Balaraja, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dengan persis akan kisah tersebut. Kebiasaan masyarakat yang tidak asing dengan tradisi lisan, hampir setiap orang tua pernah mendengar kisah tantang Balaraja. Setiap cerita yang diutarakan kebanyakan menunjuk pada sebuah tempat yang berbeda antara si pencerita yang satu dengan si pencerita yang lain. Garis besar dalam cerita tersebut akhirnya yang saya jadikan kesimpulan.Istilah Balaraja diambil dari dua kata yakni bala (pasukan) dan Raja (orang yang berkuasa pada satu wilayah). Kisah ini terkait dengan pembentukan Nama Tigaraksa. Suatu kitika saat tiga penguasa dari tanah Sunda yakni Banten, Sumedang dan Cirebon mengadakan pertemuan untuk pembagian wilayah teritorial kerajaan bertempat di desa Kaduagung (salah satu desa dikecamatan Tigaraksa sekarang). Mengingat khususnya pertemuan tersebut, masing-masing Raja akhirnya hanya boleh membawa beberapa pengawalnya yang ikut serta dalam pertemuan tersbut.Sebagai sebuah pertemuan yang penting, para pasukan yang ikut mengawal Sang Raja akhirnya dikumpulkan dalam satu wilayah (camp). Karena banyaknya bala tentara dari berbagai kerajaan berkumpul menjadi satu, secara otomatis masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut menganggap kejadian tersebut sebagai sebuah kejadian yang aneh.

Kekhawatiran masyarakat menjadi besar setelah tahu kalau para pasukan yang berkumpul tersebut adalah pasukan dari berbagai kerajaan yang sedang mengadakan pertemuan di Kaduagung. Kekhawatiran terjadi pertempuranpun dirasakan oleh para penduduk yang rumahnya tidak jauh dari arena berkumpulnya para pasukan.Setelah pertemuan tiga penguasa itu selesai, ketakutan masyarakat akan adanya peperangan ternyata tidak terbukti. Ketiga penguasa kembali lagi ke kerajaan masing-masing dengan para pasukannya. Adanya kejadian tersebut ternyata membekas di dalam keseharian masyarakat. Sebagai sebuah penanda suatu wilayah akhirnya masyarakat menggunakan Nama Balaraja untuk menunjuk tempat yang di maksud.

Mengenai awal sejarah Balaraja dalam bentuk wilayah adiminstratif pada masa Colonial daerah tersebut juga dijadikan sebagai sebuah camp para tentara Belanda. berdasarkan Staatblad Van Het Nederland Indie tahun 1918 no. 185 menyatakan pemerintahan adiminstratif Tangerang dengan luas wilayah 1309 km2 dan ditetapkan juga sebagai Kontroler Avedeling dengan empat wilayah administrasi di bawahnya. Sebagai pemimpinnya di pilih seorang Demang dan kemudian diganti dengan Nama Wedana yakni Tangerang, Balaraja, Mauk dan Curug. Di kewedanaan Balaraja jabatan Demang dari tahun 1881 dan pada tahun 1907 di ganati menjadi Wedana

pejabatnya:Rangga Jaban Abdole Moehi 17 Maret 1881-1907
Mas Martoni Abdoel Harjo 17 Juli 1907-1910
Soeid bin Soeoed 31 Oktober 1910-1924
R. Soerya Adilaga 22 Mei 1924-1925
R. Abas Soerya Nata Atmaja 26 Febuari 1925-1925
R. Kandoerean Sastra Negara 28 November 1925-1928
R. Achmad Wirahadi Koesoemah 11 Mei 1928-1930
Mas Sutawirya 27 Oktober 1930-1932
R. Momod Tisna Wijaya 28 Mei 1932-1934
Toebagoes Bakri 1 Febuari 1934-1935
R. Muhamad Tabi Danu Saputra 20 Juni 1935-1940
Mas Muhamad Hafid Wiradinata 17 Juni 1940-…

Pada masa Jepang berkuasa, daerah tersebut dijadikan camp para tentara Jepang. Setelah Indonesia ini merdeka dari para penjajah, Balaraja dijadikan sebagai salah satu wilayah kecamatan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang.

Itulah asal usul Balaraja, semoga bermanfaat ^_^.

Referensi:
 http://oncepsajalah.blogspot.com