Minggu, 25 Januari 2015

Filsafat Eksistensi


Menurut Jasper, Filsafat eksistensi adalah pemikiran yang memanfaatkan semua pengetahuan objektif dan juga mengatasi pengetahuan objektif itu . Melalui pemikiran itu manusia ingin menjadi dirinya sendiri karena manusia berpikir –menerangkan dengan caranya sendiri. Filsafat eksistensi bukanlah filsafat yang merenungkan kebenaran melainkan suatu praksis yaitu menghayati kebenaran. Artinya: kebenaran cara berpikir manusia dibuktikan melalui tindakannya yang berdasarkan pemikiran itu.

Penerangan Eksistensi

1.Eksistensi
Jiwa dan Allah dalam bahasa filsafat disebut eksistensi dan transendensi. Eksistensi adalah kebebasan yang diisi dan tyermuat dalam waktu tetapi sekaligus mengisi waktu, karena keputusan-keputusan bebas eksistensi menentukan sesuatu untuk selama-lamanya. Sedangkan adanya manusia termasuk dunia empiris disebut Dasein (beeing there). Dasein mencapai puncaknya di dunia ini sedangkan eksistensi tidak. Eksistensi hanya dapat diterangkan melalui tanda-tanda (signa) seperti tobat, pilhan, komunikasi dan kebebasan. Manusia mengalami eksistensi sebagai sesuatu yang «diberikan kepadanya (hadiah dari transendensi).
Eksistensi membutuhkan komunikasi. Penerangan eksistensi mulai dengan komunikasi dengan eksistensi lain karena manusia tidak puas hanya mengandalkan Dasein saja. Bagi Jasper, keinginan ini merupakan alasan terpenting untuk menjadi seorang filusuf. Ide baru dapat disebut relevan dari segi filsafat sejauh ide tersebut memajukan komunikasi. Dasar komunikasi itu akhirnya cinta.
2. Saat Keputusan
Kebebasan tidak dibutuhkan seandainya manusia mempunyai pengetahuan sempurna akan segala sesuatu dan tahu konsekuensi atas tindakan serta pilihannya. Peranan kehendak bebas mulai dimana pengetahuan tidak lagi ada/manusia memutuskan karena tidak tahu. Melalui keputusan ini eksistentis berkembang.dan dalam ketidaktahuan ini eksistensi justru mengalami hubungan dengan transendensi.
3. Situasi-situasi Batas
Sebagai Dasein, manusia selalu dalam situasi-situasi tertentu yaitu situasi-situasi batas. Situasi batas yang paling umum adalah faktisitas dan nasib. Di samping itu ada situasi-situasi batas khusus, yaitu kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan.
Semua situasi batas itu mendua karena kepad eksistensi diberikan kemungkinan berkembang atau mundur, tergantung dari keputusan manusia sendiri. Ber-eksistensi atau berdiri di hadapan transendensi mencapai puncaknya dalam keputusan-keputusan yang diambil dalam situasi-situasi batas.
a. Faktisitas
Kebebasan manusia tidak dimulai dari nol karenabanyak hal sudah ditentukan oleh historisitas, latarbelakang social, jenuis kelamin, dan banyak hal yang merupakan fakta, lepas dari pilihan manusia sendiri. Namun, dalam hal ini kehendak masih mempunyai peranan apakah faktisitas ini diterima atau ditolak.
b. Nasib
Situasi batas yang palig umum, yaitu faktisitas histories. Manusia tidak menciptakan dirinya sendiri. “Untung” atau “malang“ dialami manusia sebagai kehendak di luar dirinya, ini yang disebut nasib. Sikap menerima dan mencintai dari pada mencoba untuk menolak akan memberi kesempatan untuk berkembang.
c. Kematian
Kematian baru dapat menjadi situasi batas apabila kita kehilangan orang yang kita cintai ataukematian kita sendiri yang tak dapat dihindari. Penderitaan karena keterpisahan, komunikasi terhenti membuka :rwetak” dalam “Desain” yang berakibat manusia berdiri dihadapan transendensi dan sebagai eksistensi , ia dapat berkembang. Di hadapan kematiannya manusia menyadari bahwa ia unik dan kematiannya berbeda dengan orang lain. Kesadaran terhadap keunikan ini dapat membangun eksistensi.
Mencintai hidup dan menilai hidup fana, takut akan kematian dan menyadari hakekat diri dihadapan kematian, tidak memahami sekaligus percaya kematian bukan sebuah kontradiksi. Kematian temas sekaligus musuh manusia.
d. Penderitaan
Semua bentuk penderitaan merusak Dasein sedikit demi sedikit. TApi penderitaan mendua karena dapat menjadi kesempatan eksistensi berkembang asal berani menerimanya. Dalam penderitaan manusia lebih mudah menjadi dirinya sendiri dari pada dalam keberuntungan. Manusia yang selalu beruntung cenderung menjadi dangkal.
e. Kesalahan
Tindakan manusia mempunyai akibat-akibat entah disadari maupun tidak. Manusia dapat berkembang melalui pengalaman situasi batasyang berupa kesalahan kalau ia mau menerima akibat-akibat tindakannya juga akibat0akibat yang tidak dikehendaki. Manusia harus mau mwenerima tanggung jawabnya. Orang yang melarikan diri atau mengatakan bahwa tidak ada kemungkinan lain mungkin hidup dengan tenang, tapi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan eksistensi.
4. Kekurangan-kekurangan Dunia
Di dunia keutuhan kesempurnaan tidak dapat dicapai. Sela sesuatu yang termasuk
Dasein penuh pertentangan, cacat, dan kekerangan dan karena itu ketyentraman tidak pernah tercapai. Ketidaksempurnaan Dasein menimbulkan pertanyaan mengapa Dasein ada. Mengapa di dunia ini tidak hanya berisi hal yang baik atau sempurna saja? Pertannyaan ini menimbulkan situasi batas yang baru yang mencakup yang lain. Situasi batas ini timbul kalau eksistensi dan transendensi terikat pada historisitas Dasein. Manuisia hanya dapat mengalami eksistensi dan transendensi melalui gejala-gejala dalam dunia Dasein. Tanpa itu yang ada kekosongan.
5. Kegagalan
Kegagalan meupakan tempat pertemuan dengan transendensi. Dalam kegagalan
manusia terdampar dalam pantai transendensi. Kegagalan dan keterbatasan memperlihatkan ada sesuatu yang tak terbatas. Pemikiran ini memperlihatkan bahwa filsafat pada hakekatnya bersifat religious
Penerangan Eksistensi
1. Eksistensi
Jiwa dan Allah dalam bahasa filsafat disebut eksistensi dan transendensi. Eksistensi adalah kebebasan yang diisi dan tyermuat dalam waktu tetapi sekaligus mengisi waktu, karena keputusan-keputusan bebas eksistensi menentukan sesuatu untuk selama-lamanya. Sedangkan adanya manusia termasuk dunia empiris disebut Dasein (beeing there). Dasein mencapai puncaknya di dunia ini sedangkan eksistensi tidak. Eksistensi hanya dapat diterangkan melalui tanda-tanda (signa) seperti tobat, pilhan, komunikasi dan kebebasan. Manusia mengalami eksistensi sebagai sesuatu yang «diberikan kepadanya (hadiah dari transendensi).
Eksistensi membutuhkan komunikasi. Penerangan eksistensi mulai dengan komunikasi dengan eksistensi lain karena manusia tidak puas hanya mengandalkan Dasein saja. Bagi Jasper, keinginan ini merupakan alasan terpenting untuk menjadi seorang filusuf. Ide baru dapat disebut relevan dari segi filsafat sejauh ide tersebut memajukan komunikasi. Dasar komunikasi itu akhirnya cinta.
2. Saat Keputusan
Kebebasan tidak dibutuhkan seandainya manusia mempunyai pengetahuan sempurna akan segala sesuatu dan tahu konsekuensi atas tindakan serta pilihannya. Peranan kehendak bebas mulai dimana pengetahuan tidak lagi ada/manusia memutuskan karena tidak tahu. Melalui keputusan ini eksistentis berkembang.dan dalam ketidaktahuan ini eksistensi justru mengalami hubungan dengan transendensi.
3. Situasi-situasi Batas
Sebagai Dasein, manusia selalu dalam situasi-situasi tertentu yaitu situasi-situasi batas. Situasi batas yang paling umum adalah faktisitas dan nasib. Di samping itu ada situasi-situasi batas khusus, yaitu kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan.
Semua situasi batas itu mendua karena kepad eksistensi diberikan kemungkinan berkembang atau mundur, tergantung dari keputusan manusia sendiri. Ber-eksistensi atau berdiri di hadapan transendensi mencapai puncaknya dalam keputusan-keputusan yang diambil dalam situasi-situasi batas.
a. Faktisitas
Kebebasan manusia tidak dimulai dari nol karenabanyak hal sudah ditentukan oleh historisitas, latarbelakang social, jenuis kelamin, dan banyak hal yang merupakan fakta, lepas dari pilihan manusia sendiri. Namun, dalam hal ini kehendak masih mempunyai peranan apakah faktisitas ini diterima atau ditolak.
b. Nasib
Situasi batas yang palig umum, yaitu faktisitas histories. Manusia tidak menciptakan dirinya sendiri. “Untung” atau “malang“ dialami manusia sebagai kehendak di luar dirinya, ini yang disebut nasib. Sikap menerima dan mencintai dari pada mencoba untuk menolak akan memberi kesempatan untuk berkembang.
c. Kematian
Kematian baru dapat menjadi situasi batas apabila kita kehilangan orang yang kita cintai ataukematian kita sendiri yang tak dapat dihindari. Penderitaan karena keterpisahan, komunikasi terhenti membuka :rwetak” dalam “Desain” yang berakibat manusia berdiri dihadapan transendensi dan sebagai eksistensi , ia dapat berkembang. Di hadapan kematiannya manusia menyadari bahwa ia unik dan kematiannya berbeda dengan orang lain. Kesadaran terhadap keunikan ini dapat membangun eksistensi.
Mencintai hidup dan menilai hidup fana, takut akan kematian dan menyadari hakekat diri dihadapan kematian, tidak memahami sekaligus percaya kematian bukan sebuah kontradiksi. Kematian temas sekaligus musuh manusia.
d. Penderitaan
Semua bentuk penderitaan merusak Dasein sedikit demi sedikit. TApi penderitaan mendua karena dapat menjadi kesempatan eksistensi berkembang asal berani menerimanya. Dalam penderitaan manusia lebih mudah menjadi dirinya sendiri dari pada dalam keberuntungan. Manusia yang selalu beruntung cenderung menjadi dangkal.
e. Kesalahan
Tindakan manusia mempunyai akibat-akibat entah disadari maupun tidak. Manusia dapat berkembang melalui pengalaman situasi batasyang berupa kesalahan kalau ia mau menerima akibat-akibat tindakannya juga akibat0akibat yang tidak dikehendaki. Manusia harus mau mwenerima tanggung jawabnya. Orang yang melarikan diri atau mengatakan bahwa tidak ada kemungkinan lain mungkin hidup dengan tenang, tapi kehilangan kesempatan untuk mengembangkan eksistensi.
4. Kekurangan-kekurangan Dunia
Di dunia keutuhan kesempurnaan tidak dapat dicapai. Sela sesuatu yang termasuk
Dasein penuh pertentangan, cacat, dan kekerangan dan karena itu ketyentraman tidak pernah tercapai. Ketidaksempurnaan Dasein menimbulkan pertanyaan mengapa Dasein ada. Mengapa di dunia ini tidak hanya berisi hal yang baik atau sempurna saja? Pertannyaan ini menimbulkan situasi batas yang baru yang mencakup yang lain. Situasi batas ini timbul kalau eksistensi dan transendensi terikat pada historisitas Dasein. Manuisia hanya dapat mengalami eksistensi dan transendensi melalui gejala-gejala dalam dunia Dasein. Tanpa itu yang ada kekosongan.
5. Kegagalan
Kegagalan meupakan tempat pertemuan dengan transendensi. Dalam kegagalan
manusia terdampar dalam pantai transendensi. Kegagalan dan keterbatasan memperlihatkan ada sesuatu yang tak terbatas. Pemikiran ini memperlihatkan bahwa filsafat pada hakekatnya bersifat religious

.
Sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar